Kisah Nabi Nuh AS

Nabi Nuh AS: Kisah Kesabaran 950 Tahun dan Ujian Keimanan yang Mengguncang Peradaban

Prolog: Nabi yang Menantang Arus Kekufuran

Nabi Nuh AS adalah simbol kesabaran paripurna. Selama 950 tahun, beliau berjuang melawan gelombang penyangkalan, ejekan, bahkan ancaman pembunuhan dari kaumnya. Kisahnya bukan sekadar legenda banjir besar, melainkan cermin keteguhan iman yang tak tergoyahkan—bahkan ketika seluruh dunia seolah berpaling. Dari pahatan kapal raksasa di atas bukit hingga air bah yang menghapus keangkuhan, mari kita telusuri jejak nabi yang menyelamatkan benih kemanusiaan.


Misi Ilahi: Dakwah di Tengah Penyembahan Berhala

Genealogi dan Permulaan Kenabian

Nabi Nuh AS adalah keturunan kesepuluh dari Nabi Adam AS melalui garis Idris: Nuh bin Lamak bin Mutusyalkh bin Idris (Akhnukh) bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam . Diutus pada usia 480 tahun, beliau hidup di wilayah Mosul (Irak) atau Yaman, di tengah masyarakat yang menyembah berhala Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr —nama yang diabadikan dalam QS. Nuh: 23 sebagai “tuhan palsu yang menyesatkan”.

Strategi Dakwah yang Tak Kenal Lelah

Ilustrasi Masyarakat yang menyembah Berhala pada masa Nabi Nuh

Allah menggambarkan metode dakwah Nuh dalam QS. Nuh: 5-9:

“Wahai Tuhanku! Sungguh, aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku justru menambah mereka lari. Setiap kali aku menyeru mereka agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan jari ke telinga dan menyelimuti kepala mereka…”

  • 3 Tahap Dakwah:
    1. Dakwah Sirriyah (Diam-diam): 50 tahun.
    2. Dakwah Terang-terangan: 300 tahun.
    3. Pembangunan Kapal: 100 tahun sambil terus berdakwah .
  • Respon Kaumnya: Ejekan seperti “Wahai Nuh, kapan datangnya azab yang kau ancamkan?” (QS. Hud: 32).

Kapal Penyelamat: Mukjizat Teknologi dan Ujian Keyakinan

Desain Kapal yang Mengundang Cemooh

Allah memerintahkan Nuh membangun kapal di daratan tinggi, jauh dari laut. Dalam QS. Hud: 37-38, Allah berfirman:

“Buatlah kapal di bawah pengawasan Kami… Sesungguhnya orang-orang zalim itu akan ditenggelamkan.”

  • Dimensi Kapal:
    • Panjang: 300 hasta (± 138 meter).
    • Lebar: 50 hasta (± 23 meter).
    • Tinggi: 30 hasta (± 14 meter) .
    • 3 Dek: Untuk manusia, hewan, dan logistik.
  • Bahan Konstruksi: Kayu jati yang tahan air, dipaku dengan besi panas .

Penumpang yang Hanya Segenggam

Meski dakwah puluhan abad, hanya 80 orang (riwayat lain: 7-8 orang) yang beriman, termasuk istri Nuh (Wafilah) dan ketiga putranya: Sam, Ham, dan Yafits. Putra keempatnya, Kan’an, memilih bergabung dengan kaum kafir.

Baca Juga: Kisah Nabi Idris AS: Menelusuri Jejak Nabi yang Diangkat ke Langit


Banjir Besar: Hancurnya Peradaban dan Lahirnya Umat Baru

Tanda-Tanda Azab yang Diabaikan

Allah memberi tanda sebelum banjir:

  1. Tungku Air Mendidih: Tanah memancarkan air panas selama 40 hari .
  2. Kematian Mendadak Hewan Ternak: Sebagai peringatan terakhir .
    Kaum Nuh tetap mengejek: “Wahai Nuh, mana air bahmu? Kami tak takut!”

Detik-Detik Penyelamatan

Ilustrasi Banjir Besar dalam kisah Nabi Nuh AS

Saat hujan deras dan air bumi menyembur, Allah memerintahkan Nuh mengumpulkan sepasang hewan dari setiap spesies dan pengikutnya. Kapal itu terapung di atas air setinggi gunung selama 150 hari (QS. Hud: 42-44). Dalam riwayat Ibnu Abbas, Nuh berkata kepada kapal: “Berlayarlah atas nama Allah—Dia yang menggerakkanmu dan menghentikanmu.”

Tragedi Kan’an: Air Bah yang Memisahkan Darah dan Iman

Kan’an menolak naik kapal, berpikir bisa selamat dengan memanjat gunung. Saat air menyapu tubuhnya, Nuh berteriak: “Wahai Tuhanku, selamatkan putraku!” Allah menegurnya dalam QS. Hud: 45-46:

“Sesungguhnya dia (Kan’an) bukanlah bagian dari keluargamu, karena perbuatannya tidak saleh…”


Pasca-Banjir: Rekonstruksi Peradaban dan Warisan Abadi

Pendaratan di Bukit Judi

Kapal Nuh mendarat di Bukit Judi (Turki atau Irak) pada hari Asyura (10 Muharram). Nuh mengutus burung gagak untuk memastikan bumi telah kering, tetapi gagak itu justru memakan bangkai. Lalu, burung merpati dikirim dan kembali dengan ranting zaitun—lambang perdamaian.

Baca Juga: Nabi Adam: Kisah Penciptaan, Perjuangan, dan Kekuatan Taubat

Perjanjian dengan Allah

Allah menjadikan peristiwa banjir sebagai ‘aqdun mubīn’ (perjanjian abadi) bahwa Dia tak akan menghukum manusia dengan air bah secara massal lagi (QS. Al-Hajj: 40). Nuh juga dijanjikan tempat terpuji (makamannya di Masjid Al-Khalil, Palestina) .


Kisah Langka: Dialog Nuh dengan Iblis

Dalam Kitab ‘Aja’ib al-Makhluqat, Iblis pernah mendatangi Nuh di kapal dan berkata: “Aku adalah musuhmu sejak Adam. Jika kau usirku, kapal ini akan karam!” Nuh menjawab: “Larilah! Aku berlindung kepada Allah darimu!” Kapal pun selamat.

Hikmah untuk Zaman Now: Pelajaran dari Kesabaran Nuh

  1. Konsistensi Adalah Kunci
    950 tahun dakwah tanpa hasil maksimal tak membuat Nuh putus asa. Ini mengajarkan bahwa hasil bukan ukuran kesuksesan, tetapi keikhlasan.
  2. Keluarga Bukan Prioritas Mutlak
    Pengorbanan Nuh kehilangan Kan’an menunjukkan bahwa iman harus di atas segalanya, bahkan ikatan darah.
  3. Bencana Adalah Ujian, Bukan Akhir
    Air bah menghancurkan kaum durhaka, tetapi juga menjadi awal baru bagi manusia yang bertakwa.
  4. Teknologi dan Iman Bisa Berkolaborasi
    Kapal Nuh adalah bukti bahwa kemajuan sains harus dipandu oleh wahyu ilahi.

Epilog: Nuh dalam DNA Kemanusiaan

Setiap manusia modern adalah keturunan Nuh—baik melalui Sam (nenek moyang Arab dan Yahudi), Ham (Afrika), maupun Yafits (Eropa dan Asia). Kisahnya mengingatkan kita bahwa keberanian mempertahankan kebenaran akan selalu bertemu dengan ujian, tetapi akhir yang baik adalah milik orang yang bertahan.

“Kapal Nuh bukan hanya menyelamatkan manusia, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai tauhid di tengah samudera syirik.” — Tafsir Al-Azhar.

Post navigation

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *